LATAR BELAKANG
Revolusi industri di mulai di inggris pada tahun
1750-an di kenal oleh seluruh peradaban barat sebagai wahana untuk meningkatkan
produksi sampai ke tingkat yang gila-gilaan. Hal yang kurang di ketahui dalah
usaha peredaan atau pengelolaan demam produksi itu melalui telaah sistematik.
Sebagai
mana manajemen operasi yang lain, dalam agribisnis juga di terapkan fungsi
manajemen yang telah di terapkan di berbagai kalangan umum, yang di mulai dari
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian.
Agribisnis sebagai suatu bidang usaha akan menjadi lebih efisien dan
menguntungkan apabila di lakukan dengan penuh kehati-hatian dan ketelitian
dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pelaksanaan pada saat yang tepat.
Oleh karena itu fungsi perencanaan memegang peranan yang sangat penting dalam
agribisnis agar usaha agribisnis tidak mengalami kegagalan. Menurut sa’id (
2004 ) fungsi perencanaan mencankup semua kegiatan yang di tujukan untuk
menusun program kerja selama periode tertentu pada masa yang akan datang
berdasarkan visi, misi, tujuan, serta sasaran organisasi. Dalam perencanaan
agribisnis dpat di lakukan beberapa perencanaan di antaranya: keungan,
pemasaran, produksi, persediaan dan lain-lain, tujuannya agar perusahaan
agribisnis mendapat posisi yang terbaik berdasarkan kondisi bisnis dan
permintaan konsumen pada masa mendatang. Namun dalam makalah ini yang dibahas
adalah khusus perencanaan produksi dalam agribisnis. Untuk mengetahui lebih
lanjut tentang perencanaan produksi kita masuk dalam pembahasan makalah ini.
Yang di antaranya dalah Definisi produksi, perencanaan produksi, manajemen
risiko pada agribisnis.
1. DEFINISI PRODUKSI
Produksi
dapat di nyatakan seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalm penciptaan
produk dan jasa. Dan jika demikian tidaklah begitu sukar untuk mengkaji
manajemen produksi dengan cara umum, yaitu sebagai rangkaian keputusan yang
rumit guna mendukung proses produksi. Pada masa awal perkembangan disiplin
manajemen produksi, pabriklah yang merupakan pihak yang di untungkan dari
kemajuan pengetahuan dan teknik. Namun dewasa ini, kita dapat menyaksikan bahwa
semua pihak yang terlibat dalm produksi barang dan jasa, termaksud pasar
swalayan, gudang, dan kantor, dpat menikmati manfaat dari perencanaan dan
manajemen produksi yang cermat. Dan ternyata pada berbagai jenis bisnis dapat
kita lihat bahwa prinsip-prinsip manajemen produksi telah di rangkaikan dengan
interaksi pekerja, bahan dan mesin, pengendalian biaya dan mutu, dan penataan
lokasi fasilitas.
Pada
agribisnis, prinsip-prinsip manajemen produksi terbukti telah bermanfaat dalam
memperbaiki metode pengumpulan, penyortiran, dan pengelompokan mutu, pemrosesan
dan pabrikasi, dan pengepakan serta pengiriman produk pertanian. Semua kegiatan
ini di rangkum dalam kerangka kerja untuk salah satu dari ke empat proses
produksi.
a.
Proses
produksi
Proses
penguraian
atau analisis adalah pengadaan berbagai macam produk dari satu jenis bahan
baku. Karena perbedaan cara pemrosesan dan pengepakan maka jagung dapat di
hidangkan dalam bentuk jagung bakar, jagung rebus, jagung goreng, minyak
jagung, jagung kalengan, atau keripik.
Agribisnis yang mengolah satu jenis bahan untuk semua produknya mungkin lebih
tepat menempatkan fasilitasnya di dekat sumber bahan ketimbang di dekat pasar.
Peramuan atau sintesis persis merupakan
kebalikan dari penguraian artinya, satu produk di hasilkan dari berbagai jenis
bahan baku. Karena bahan baku ini mungkin di datangkan dari tempat yang
berbeda-beda, yang terkadang saling berjauhan ssatu sama lain, maka perusahaan
yang menekuni bidang peramuan sering menempatkan fasilitasnya di dekat pasar
akhir ( pembeli terkhir ) karena hal ini lebih praktis dan menguntungkan.
Dengan demikian, jika bahan baku tersebut di rakit, di proses, dan di kemas
sebagai satu produk, maka biaya pengirimannya ke pasar akan lebih murah.
Usaha
interaktif
bersangkut paut dengan sumber daya alam dan pengolahan dengan perubahan
bentuk. Usaha interaktif terjadi apabila
suatu produk di ekstrasi, ( di sadap atau di sarikan ) dari lingkungan alamnya,
yang misalnya ketika pepohonan di tebang untuk di jadikan kau gelondongan atau
balok.
Pengolahan
( fabrication ) tidak bersangkut
paut dengan bentuk alami tetapi tetapi perubahan bentuk dari sejumlah bahan dasar
agar lebih muda di pasarkan. Misalnya sapi dan kerbau di potong, di
kerat-kerat, di proses, dan di kemas dalam berbagai bentuk agar menarik bagi
konsumen.
Namun
kadang-kadang dua proses produksi berlangsung secara serentak antara penguraian
dan pengolahan misalnya ketika daging sapi diubah menjadi roti “ abon daging
sapi, sosis dan lain-lin.
b.
Tipe
produksi
Semua
proses produksi membentuk bagian dari jaringan produksi yang menyeluruh.
Jaringan menyeluruh tersebut bisa mengambil salah satu bentuk dari dua tipe
produksi, yaitu tipe produksi yang berkesinambungan dan yang terputus-putus.
Berkesinambungan
dalam produksi yang berkesinambungan, arus
masukan berlangsung terus melalui sistem yang di standarisasi guna menghasilkan
keluaran yang pada dasarnya sama. Maka produksi yaang berkesinambungan biasanya
bersifat relatif sederhana dan tidak terlalu menuntut perhatian.
Terputus-putus
produksi yang terputus-putus akan merasa jels
jika kita menggambarkannya sebagai proses yang melibatkan keluaran yang
berbeda-beda, prosedur yang berubah-ubah dan sering juga menciptakan masukan
yang berbeda-beda.
2. PERENCANAAN PRODUKSI
Seperti
di bidang manajemen lainnya, manajemen produksi memerlukan perencanaan yang
cermat. Faktor pertimbangan yang terlibat di antara lain adalah lokasi
fasilitas, ukuran pabrik, tata letak, pembelian persediaan dan pengendalian
produksi. Semua faktor pertimbangan ini merupakan bagian dari tinjauan sistem
yang menyeluruh.
Lokasi
Dalam memilih tempat
untuk fasilitas, pada umumnya manajer agribisnis mempertimbangkan empat bahan
pemikiran yang saling berkaitan yaitu:
(1). Sumber bahan baku atau perbekalan;
Seperti
telah di sebutkan sebelumnya, lokasi lokasi agribisnis mungkin berdekatan
dengan sumber bahan bakunya jika pada dasarnya hanya di butuhkan satu jenis
bahan baku dan ongkos angkutnya dalam bentuk bahan baku sangat besar. Di pihak
lain, agribisnis mungkin memerlukan sedemikian banyak jenis bahan baku dari
lokasi yang terpencar dan berjauhan sehingga lebih tepat untuk menempatkan
lokasi produksi di dekat pasar.
(2) ketersediaan tenaga kerja;
Wilayh
yang berbeda menawarkan jenis tenaga kerja yang berbeda pula. Daerah pemukiman
elit bukanlah tempat yang cocok untuk menempatkan jalur perakitan dari usaha
pengalengan dan daerah kumuh tidak dapat untuk di jadikan lokasi kantor
eksekutif. Di samping itu, wilayah
tertentu memerlukan upah dan tunjangan yang lebih tinggi bagi para pekerja
karena biaya hidup yang lebih tinggi di daerah tersebut. Ada pula daerah yang
menjanjikan tingkat produktifitas yang lebih tinggi serta tingkat ketidak
hadiran dan pergantian kerja yang lebih rendah. Pengaruh serikt pekerja wilayah
tertentu juga harus di perhitungkan, karena serikt pekerja yang kuat sering
menghdapkan majikan pda tuntutan yang keras dalam hal upah dan pemogokan.
Akhirnya, agribisnis yang memerlukan banyak kegiatan penelitian sangt tepat
jika di tempatkan di daerah pelajar. Semu faktor ini di pertimbangkan dalam
memilih lokasi.
(3) lokasi pasar;
Jika
perusahaan membutuhkan banyak jenis bahan baku dengan ongkos angkut yang tidak
begitu besar, maka penempatan di dekat pasar bisa sangat menguntungkan.
Penempatan yang berdekatan dengan pasar terutama penting bagi pengejer, karena
dengan demikian pelanggan tidak harus pergi jauh-jauh untuk membeli.
(4)
insentif khusus yang tersedia pada daerah tertentu.
Industri
pertnian yang membutuhkan air dan pembangkit tenaga yang besar sebaiknya di
tempatkan di daerah yang berlimpah dengan sember perbekalan tersebut. Dalam
rangka mengairahkan bisnis, adakalanya pemerintah menawarkan keringanan pajak
dan biaya listrik atau air di daerah tertentu, di samping kemudahan perizinan
dan penyediaan pr sarana yang lebih baik.
Ukuran
pabrik terlepas dari lokasi, ukuran pabrik
yang optimal merupakan dimensi penting dari agribisnis. Pada umumnya, unit-unit
yang lebih besar lebih muda di operasikan, tetapi dengan pabrik yang terlalu
besar hanya akan merupakan pemborosan besar jika kita tinjau dari berbagai
faktor:
1.
Skala
usaha yang ekonomis
Menurut
prinsip skala usaha yang ekonomis pbrik yang makin besar biasanya akan
mengakibatkan biaya peryunit semakin kecil. Akan tetapi, ukuran pabrik yang
makin kecil mungkin saja menwarkan lebih
banyak fleksibilitas dalam hal jaraknya ke sumber bahan baku atau ke pasar,
yang pada gilirannya akan mengakibatkan ongkos angkut yang lebih murah. Jadi,
dengan mempertimbangkan factor-faktor lain kita akan mengetahui berapa nilai
yang sesungguhnya dari pabrik yang lebih besar.
2.
Sifat
musiman dan pola produksi
Kita
telah membicarakan bahwa produk pertanian yang bersifat musiman dapat membuat
manajer produksi pusing tujuh keliling. Pabrik yang cukup besar untuk menyerap
volume pada musim tersibuk akan merupakan pemborosan besar pada masa lelang.
Dengan keadaan demikian, mungkin akan lebih ekonomis untuk mengoperasikan
beberapa pabrik yang lebih kecil yang sebagian di antaranya akan di tutupi pada
masa lellang. Memang hal ini tidak akan mengurangi biaya tetap dari fasilitas
yang tidak di gunakan tetap pengeluaran sehari-hari untuk engoperasikan
fasilitas tersebut bias di kurangi.
3.
Dampak
inflasi
Agribisnis
yang menggeluti operasi besar dan mahal, harus mempertimbangkan laju inflasi
yang makin membumbung dan kemungkinan pelonjakan biaya untuk beberapa tahun
mendatang. Di samping itu, daya beli modal yang tersedia saat ini akan menurun
dengan cepat.
4.
Kuantitas
keluaran yang di butuhkan
Salasatu
penentu ukuran pabrik yang sangat penting adalah kuantitas keluaran yang di
butuhkan. Agribisnis yang mampu menjual berjuta-juta unit keluaran pada tingkat
yang konstan kecil kemungkinan akan menginvestasi pada pabrik yang kecil.
Serentak dengan itu, manajer harus mempertimbangkan factor-faktor jangka
panjang dan harus memperkirakan kelanjutan permintaan yang sedemikian tinggi
untuk mendukung investasi besar-besaran.
5.
Jumlah
gilir kerja
Sekiranya
tenaga kerja tersedia, maka cara lain untuk mencapai kapasitas sarana yang
maksimum adalah dengan mengadakan beberapa gilir kerja. Menurut teorinya, kita
bias menghasilkan jumlah keluaran yang berlipat dua dengan mengadakan dua gilir
kerja, di mana kita membatasi kebutuhan akan ruang dan peralatan kerja dengan
menyebarkannya pada jam produksi yang di lipat gandakan. Tetapi sebelum
mencapai kesimpulan ini, manajer agribisnis harus mempertimbangkan banyak
factor.
Tata
letak dalam
merencanakan tataletak fisis suatu pabrik, kita perlu mempertimbangkan semua
proses dan prosedur yang akan di jalani pabrik, kuantitas dan kualitas yang di
perlukan, dan setiap perubahan enis, mutu, atau permintaan produk di masa
mendatang. Semua hal ini harus tertuang pada kerangka kerja yang di rancang
seefisien mungkin. Ada dua kategori utama tata letak:
1.
Tata
letak proses
Tata
letak proses menyusun kegiatan berdasarkan fungsi. Dengan demikian, terlepas
dari produk yang sedang di bentuk atau di rakit, dalam tataletak proses semua
peralatan dengan fungsi yang sama di kelompokan ke tempat yang sama. Tata letak
proses berkaitan dengan produksi yang terputus-putus karena semua fungsi mampu
menagani segi-segi yang berbeda dari berbagai produk.
2.
Tataletak
produk
Tataletak
produk di rsncang kusus bagi proses produksi yang berkesinambungan karena di
sini di hasilkan satu produk secara bertahap, di mana berbagai fungsi
berlangsung secara berurutan pada saat produk di rakit, dan dan hampir tidak
ada variasi produk.
3.
Masalah
Penanganan Bahan
Masalah
penanganan bahan yang di hadapi pabrik akan berbeda seuai dengan perbedaan tata
letak, yaitu apakah berorientasi pada produk atau proses. Gagasan utama yang
terkandung dalam tata letak proses adalah untuk memungkinkan fleksibilitas
karena urutan pemrosesan produk tidak bersifat mutlak. Penanganan bahan ini
biasanya di kerjakan dengan menggunakan derek, truk, dan traktor untuk muatan
berat.
Untuk
tata letak produk, komunikasi dan transportasi di antara titk/lokasi produksi
harus berjalan lancar dan bersifat langsung. Untuk memenuhi tujuan ini
seringkali di gunakan ban berjalan, meskipun masih ada cara lain untuk
memindahkan barang secara langsung dari satu lokasi ke lokasi berikutnya.
Kereta gantung juga bisa memenuhi tujuan tersebut.
3. MANAJEMEN RISIKO PADA AGRIBISNIS
Sala satu
fungsi terpenting dari manajer agribisnis dalam proses pengambilan keputusan
adalah penguraian yang cermat atas masalah khusus yang di hadapi, yakni
analisis atas sejumlah alternatif yang mungkin, penentuan sebagai kriteria guna
memilih rangkaian tindakan khusus, dan kemudian pemilihan pemecahan terbaik
yang mungkin atas masalah tersebut.
Analisis
volume-biaya atau analisis impas, merupakan salah satu alat manajemen yang
paling bermanfaat dewasa ini. Para manajer sangat berkepentingan untuk
mengetahui struktur biaya operasinya. Pemanfaatan alat ini memungkinkan
pengambilan keputusan untuk menentukan jumlah penjualan yang di perlukan guna
menutup semua biaya dan menghasilkan laba yang di harapkan. Akan tetapi,
kegunaan terpenting dari analisis titik impas adalah dalam memecahkan
pertanyaan “ andaian “. misalnya, berapa unit lagi yang harus di jual jika
biaya variabel bertambah 2 persen? Atau contoh lain, apa dampak penurunan harga
produk tertentu terhadap titik impas.
Alat
pemecahan masalah ini mengandaikan bahwa operasi berlangsung dalam keadaan
pasti. Dengan demikian, dalam setiap
permasalahan ( dengan keadaan yang berbeda ) manajer mampu menjabarkan secara
terinci semua tindakan yang mungkin dan hasil dari masing-masing tindakan yang
di ambil. Keadaan yang semacam ini tentu merupakan sesuatu yang sangat langkah.
Dalam kenyataannya manajer harus mengambil keputusan agribisnis yang penting
dalam keadaan berisiko atau tidak pasti. Mari kita simak satu contoh dan
bandingkan serta bedakan pengambilan keputusan dalam keadaan pasti, berisiko
dan tidak pasti.
Anggaplah
perusahaan anda telah menggariskan tiga kemungkinan perluasan pabrik, yang di
sebut tindakan A1, A2, dan A3. Dalam proses perencanaan, tim produksi dan
pemasaran perusahaan telah menetapkan targeet laba untuk setiap tindakan pada
tiga keadaan perekonomian yang berbeda. Keadaan perekonomian ini de sebut
sebagai E1 untuk masa cerah, E2 untuk pertumbuhan yang stabil, E3 untuk
kemerosotan. Kemudian kita mengembangkan suatu matriks kita menempatkan ketiga
tindakan khusus yang dapat di ambil manajemen, dan pada bagian atas kita
mencantumkan keadaan khusus tersebut.
Keadaan perekonomian
E1 E2 E3
T A1 12 6 1
I
N
D A2 8 10
-1
A
K
A
N A3 4 3
7
Angka-angka
dalam matriks merupakan laba dari setiap rangkaian tindakan pada setiap keadaan
perekonomian. Jika perusahaan beroperasi dalam keadaan pasti dan bertujuan
memaksimalkan laba, maka tindakan yang dapat di ambil dapat di tentukan dengan
mudah. Dalam keadaan pasti “ jalur tempuh “ perusahaan akan jelas dan
lingkungan ekonomi yang akan membuahkan hasil yang dapat di identifikasi pada
saat keputusan akan di ambil. Jadi, jika masa cerah E1 akan terjadi masa
mendatang, tindakan A1 akan di pilih. Hal ini akan memberikan hasil taruhan
laba tertinggi yaitu 12. Jika keadaan stabil atau merosot terjadi masa
mendatang, maka untuk masing-masing keadaan, tindakan A2 dan A3-lah yang tepat
karena hasil taruhannya merupakan yang tertinggi. Pengambilan keputusan dalam
keadaan pasti pada dasarnya merupakan pengalokasian sumberdaya agar membuahkan
hasil terbaik.
Risiko
dan Ketidak pastian
Dalam
keadaan yang lebih bersifat faktual, manajer agribisnis juga akan di libatkan
dengan matriks yang sama seperti di atas, tetapi di sini manajer tersebut hanya
mampu menentukan sejumlah kemungkinan yang masuk akal sehubungan dengan keadaan
perekonomian. Di sinilah manajer tersebut beroperasi dalam keadaan berisiko.
Asumsi ini jauh lebih relevan terhadap kebanyakan pengambilan keputusan yang di
emban manajer dewasa ini. Pengambilan keputusan dalam keadaan berisiko
mengandaikan bahwa setiap tindakan mengarah kepada seperangkat hasil ( hasil
tahunan ) dan bahwa probabilitas atau tingkat kemungkinan untuk setiap hasil di
ketahui.
Dengan
demikian manajer harus menentukan probabilitas untuk setiap keadaan
perekonomian guna menghitung “ hasil yang di harapkan “ dari setiap rangkaian
tindakan. Manajer memaksimisasi laba kemudian akan memilih tindakan dengan
hasil tertinggi yang di harapkan.
Probabilitas
terjadinya setiap keadaan perekonomian dapat di kembangkan dari data historins,
dari pendapat ahli, atau dari kombilnasi keduanya. Anggaplah probabilitas
berikut telah di kembangkan untuk matriks taruhan yang di sajikan sebelumnya.
KEADAAN
PEREKONOMIAN PROBABILITAS
E1 0,40
E2 0,25
E3 0,35
Perhatikan
bahwa probabilitas terjadinya salah satu dari keadaan perekonomian tersebut
harus 100 persen. Setelah probabilitas di tentukan, manajer harus menghitung
nilai yang diharapkan untuk setiap tindakan yang mungkin.
Dengan
demikian, nilai yang di harapkan untuk tindakan A1 akan dihitung sebagai
berkut:
E(A1) =
0,40(12) + 0,25(6) + 0,35(1)= 6,65
Begitu
juga,
E(A2)=
0,40(8) +0,25(10)+ 0,35 (-1)= 5,35
Dan
E(A3)=
0,40(4) + 0,25(3) + 0,35 (7)= 4,80
Berdasrkan
hasil taruhan yang di cantumkan pada matriks untuk kepastian dan probabilitas
yang di tentukan untuk keadaan perekonomian yang berbeda, manajer akan memilih
tindakan A1. Inilah strategi yang akan memaksimisasi taruhan.
Pengambilan
keputusan dalam keadaan tindakan pastimasi lebih pelik lagi. Di sini satu atau
beberapa tindakan yang mungkin menimbulkan hasil dengan probabilitas yang tidak
di ketahui. Jadi jelaslah bahwa pengambilan keputusan dalam keadaan tidak pasti
sangat subyektif, tetapi sejumlah rencana pengmbilan keputusan dapat membantu
manajer dalam memilih tindakan terbaik.
Empat
alternatif dasar telah di kembangkan untuk menuntun perencanaan manajer dalam
keadaan tidak pasti, yaitu:
1. Wald – strategi maksimim
2. Hurwicz - strategi alfa
3. Savage – strategi ketidak
beruntungan minimaks
4. Laplace atau bayesian – strategi
probabilitas berimbang.
Wald strategi ini sering di sebut sebagai strategi ketidak
pastian yang paling pesimistik. Pengambilan keputusan ini sangat konservatif
atau liberalisme dan cenderung mendorong perusahaan untuk mengutamakan
keterjaminan karena mengandaikan bahwa kejadian buruk yang mungkin akan selalu
terjadi.
Kaidah
pengambilan keputusan dalam menghitung hasil taruhan yang di harapkan untuk
strategi wald boleh di katakan sederhana. Pertama, kita harus menentukan hasil
terburuk dari setiap tindakan, kemudian memilih yang terbaik dari antara yang
terburuk tersebut.
E1 E2 E3 KEMUNGKINAN TERBURUK
A1 12 6 1 1
A2 8 10 -1 -1
A3 4 3 7 3
Tindakan A3 akan di pilih karena memberikan hasil
taruhan tertinggi jika hasil terburuk yang mungkin terjadi. Jelaslah strategi
ini sangat konservatif dan mungkin sangat cocok untuk perusahaan yang kurang
mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
Hurwicz
strategi hurwicz atau
kriteria alfa mengambil sudut pandang lain dari proses pengambilan keputusan
dalam keadaan tidak pasti. Pengambil keputusan di minta untuk memilih koefisien
optimisme berkenaan dengan hasil taruhan maksimum untuk setiap tindakan dan
koefisien pessimisme yang terkait dengan hasil taruhan minimum untuk setiap
tindakan. Sekali lagi, pengambilan keputusan yang menggunakan strategi ini
sangat subyektif. Jelaslah, manajer yang optimistik akan memilih tindakan yang
sangat berbeda dari tindakan yang di pilih oleh manajer yang sangat konservatif
jika di tinjau dari segi keuangan.
Rata-rata tertimbang dari hasil taruhan tertinggi
dan terendah untuk setiap tindakan di hitung, dan pilihan di jatuhkan pada
rata-rata tertimbang yang terbesar. Dengan menerapkan kriteria hurwicz pada
matriks taruhan, kita akan memperoleh
hasil berikut :
Anggaplah
bahwa koefisien optimisme adalah 0,6
Dengan
demikian, koefisien pessimisme adalah 0,4
A1
= 0,6 (12) + 0,4 (1) = 7,6
A2
= 0,6 (10) +0,4 (-1) = 6,4
A3
= 0,6 (7) + 0,4 (3) = 5,4
Tindakan A1 akan di pilih karena memberikan hasil
taruhan terbesar jika di ukur menurut rata-rata tertimbang.
Savage
kriteria ini menetapkan
kriteri “ ketidak beruntungan “ yang merupakan biaya kesempatan ( opertunity
cost ). Ketidak beruntungan di definisikan sebagai perbedaan absolut antara
hasil taruhan tertinggi yang trdapat pada keadaan perekonomian tertentu.
Setelah menghitung ketidak beruntungan maksimum untuk semua tindakan, manajer
harus memilih tindakan yang menghasilkan ketidak beruntungan terkecil di antara
yang maksimum.
MATRIKS KETIDAK
BERUNTUNGAN
E1 E2 E3 E1 E2 E3 KETIDAK BERUNTUNGAN MAKSIMUM
A1 12 6 1 0 4 6 6
A2 8 10 -1 4 0 8 8
A3 4 3 7 8 7 0 8
Matriks ketidak beruntungan di hitung dari setiap
kolom pada matriks taruhan. Jadi, sekiranya keadaan perekonomian E1 terjadi,
tindakan A1 akan memberikan hasil taruhan terbesar. Tindakan A2 dabn A3 harus
di evaluasi dalam kaitannya dengan tindakan terbaik yang mungkin A1. Perbedaan
hasil taruhan antara A2 dan A3 dan
antara A3 dan A1 dalam keadaan perekonomian yang sama, yaitu E1, merupakan
biaya kesempatan. Jika E1 terjadi dan A1 di pilih, tidak ada biaya kesempatan.
Tindakan terbaik telah di pilih, akan tetapi, jika A2 di pilih sebagi pasangan
E3, perusahaan akan menanggung biaya kesempatan sebesar 4.
Berdasarkan matriks taruhan dan ketidak beruntungan
dari biaya kesempatan di atas, kriteria savage
akan memilih tindakan A1 dalam upayah meminimisasi risiko bagai
perusahaan. Strategi ini sangat tepat untuk pengambilan keputusan jangka
panjang atau evaluasi proyek, di mana keadaan perekonomian yang di hadapi
perusahaan bisa berubah secara dramatis.
Bayesian
dan La Place strategi terkhir dalam menghadapi keidak
pastian sebenarnya hanya merupakan
penjabaran lain dari strategi untuk keadaan beresiko. Strategi ini
mengasumsikan bahwa probabilitas dari setiap keadaan perekonomian adalah
berimbang.
Contoh:
E ( A1 ) = 0,33 (12) + 0,33 (6) + 0,33 (1) = 6,33
E ( A2 ) = 0,33 (8) + 0,33 (10) + 0,33( -1) = 5,67
E ( A3 ) = 0,33 (4) + 0,33 (3) + 0,33 (7) = 4,67
Terlihat bahwa setiap keadaan perekonomian di
kenakan probabilitas sebesar 0,33. Hasil taruhan yang di harapkan untuk setiap
tindakan di hitung dengan menggunakan metode yang serupa dengan menghitung
hasil taruhan untuk keadaan brisiko. Dalam contoh di atas, tindakan A1 akan di
pilih karena menghasilkan hasil taruhan terbesar.
No comments:
Post a Comment